Hawa nafsu manusia adalah kekuatan yang
maha dahsyat. Nafsu inilah yang melahirkan ambisi-ambisi besar manusia
dalam mengelola dan mengisi alam semesta ini. Kalau nafsu tersebut
tidak dikendalikan dan di-manage dengan baik, maka niscaya akan
menimbulkan kerusakan dan kerugian yang tidak sedikit pada lingkungan
hidup dan alam semesta ini.
Lihatlah hutan-hutan yang gundul sehingga menyebabkan banjir
dimana-mana. Air bersih dari waktu ke waktu semakin menjadi barang
langka dan mahal. Udara yang tidak lagi ramah lagi bagi kehidupan
manusia. Belum lagi kerusakan alam kronis akibat penambangan sumber daya
alam yang dilakukan manusia secara semena-mena. Itu adalah
contoh-contoh dampak kerusakan yang pangkal sumbernya adalah hawa nafsu
dan ambisi manusia.
Nafsu manusia lah yang telah
membisikinya untuk mengekploitasi alam semesta ini tanpa batas. Mereka
melahirkan semangat industrialisasi yang sejatinya adalah menjadikan
alam semesta ini budak yang harus tunduk kepada manusia. Mereka
melakukan penebangan hutan-hutan untuk kebutuhan industrinya. Limbahnya
dan bahan-bahan kimia hasil industri kemudian mengancam kelestarian air
bersih. Mesin-mesin industri melahirkan polusi yang mengoyak kejernihan
udara yang dihirup manusia. Nafsu mereka telah melakukan ekploitasi
terhadap alam semesta ini seakan tak peduli akan prospek dan masa depan
manusia dan kehidupan itu sendiri.
Dampak negatif exploitasi manusia
terhadap alam semesta yang tanpa kendali tersebut telah dapat kita
saksikan. Bencana alam terjadi silih berganti melanda dunia kita. Wabah
penyakit-penyakit baru bermunculan menyerang manusia tak ada hentinya.
Sebagian justru belum ditemukan obatnya hingga saat ini. Kerusakan
eko-sistem terjadi dimana-mana.
Salah satu tujuan dari ibadah puasa
adalah melatih diri untuk mengendalikan hawa nafsu, terutama nafsu yang
negatif atau disebut an-nafsul ammaarah yaitu nafsu yang membisikkan
kepada manusia untuk berbuat buruk. Hendaknya pengendalian nafsu dengan
berpuasa tidak hanya yang bersifat personal, seperti menahan marah,
menahan diri dari menggunjing dan sebagainya, namun juga terhadap nafsu
manusia yang berhubungan dengan alam semesta ini secara umum. Spirit
Ramadan harus dijadikan pemicu bagi kesadaran umat akan pentingnya
melestarikan lingkungan hidup dan pentingnya melindungi alam semesta ini
dari kerusakan dan kehancuran yang diakibatkan oleh tingkah laku
manusia.
Spiritualitas puasa Ramadan
hendaknya menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta ini adalah entitas
yang sejajar dengan manusia, bukan semata budak manusia, sehingga perlu
dilindungi dan dijaga sebagaimana layaknya umat manusia. Dalam
perspektif Islam, alam semesta ini merupakan mahluk ritual sebagaimana
manusia. Mereka pun beribadah dan berdzikir kepada Allah sebagaimana
manusia berdzikir. Dalam AL-Qutan disebutkan: "Bertasbih kepadaNya
langit-langit yang tujuh, bumi dan segala isinya dan tidaklah ada
sesuatu kecuali ia bertasbih dengan pujian kepadaNya, tetapi kalian
tidak memahami tasbih mereka, sesunggunnya Allah adalah Zat yang Maha
Penyantun dan Pengampun. (Al-Isra:44).
Selanjutnya semangat puasa Ramadan
yang mengajak kepada pengekangan hawa nafsu selayaknya termanifestasikan
dalam pengekangan tingkah laku dari perbuatan yang secara langsung atau
tidak langsung merusak alam semesta dan lingkungan hidup ini. Dengan
berpuasa kita harus sadar kembali betapa pentingnya air bersih bagi
kehidupan dan keberagamaan kita. Betapa banyak ibadah kita yang
tergantung kepada air bersih seperti wudlu, mandi dan menghilangkan
najis. Belum lagi kebutuhan fisik kita untuk air dan sebagainya. Oleh
karenanya puasa ini juga harus dijadikan pengekang tindakan-tindakan
kita yang merusak kelestarian air bersih dan lingkungan hidup secara
umum.
Semangat bersedekah dan bersikap
dermawan di bulan Ramadhan, juga harus diinterpretasikan kepada makna
sedekah yang lebuh luas. Tidak hanya sedekah dalam arti memberikan
santunan uang atau makanan kepada fakir miskin, namun juga sedekah
kepada masa depan lingkungan hidup secara umum. Salah satu bentuk
sedekah tersebut adalah dengan menyumbangkan sesuatu yang dapat
melindungi dan menyelamatkan alam semesta ini dari kerusakan seperti
menanam pohon. Maha benar Rasulullah yang telah menegaskan "Seorang
muslim yang menanam tumbuhan, maka apa yang dimakan dari tumbuhan
tersebut sedekah baginya, apa yang dicuri dari tumbuhan tersebut juga
sedekah baginya, apa yang dimakan binatang buas dasri tumbuhan tersebut
juga sedekah baginya, apa yang dimakan burung dari tumbuhan tersebut
juga sedekah baginya, apapun yang diambil seseorang dari tumbuhan
tersebut adalah sedekah baginya hingga hari kiamat" (h.r. Muslim dari
Jabir r.a.).
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar